Di tengah derasnya arus pembangunan dan modernisasi, Kabupaten Tabalong tetap menatap masa depan dengan satu komitmen teguh: menjaga bumi agar tetap lestari. Di balik setiap langkah pembangunan, ada tangan-tangan bekerja senyap di balik layar—mereka yang memastikan alam tak dikorbankan demi kemajuan. Di sanalah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tabalong berdiri, menjadi garda terdepan dalam merawat keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian alam.
DLH Tabalong bukan sekadar instansi teknis. Ia adalah simbol kesadaran ekologis yang tumbuh dari nilai-nilai lokal dan tanggung jawab moral terhadap generasi mendatang. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016, dinas ini memikul tanggung jawab besar: dari perumusan kebijakan, pengawasan lingkungan, hingga edukasi publik. Semua dijalankan dengan satu misi — menciptakan Tabalong yang “Sejahtera, Berakhlaqul Karimah, dan Berdaya Saing.”
Visi tersebut tidak berhenti di kertas. DLH (https://dlhtabalong.org) menurunkannya menjadi aksi nyata: membangun sistem pengelolaan sampah terpadu, memantau kualitas air dan udara, serta melibatkan masyarakat dalam menjaga lingkungan. Empat bidang utama menjadi mesin penggerak: Tata Lingkungan, Pengendalian Pencemaran, Kebersihan & Pengelolaan Sampah, serta Peningkatan Kapasitas Lingkungan. Semua berjalan seiring, membentuk ekosistem kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
Namun, perjalanan menuju “Tabalong Hijau” bukan jalan mudah. Di lapangan, DLH menghadapi tantangan kompleks — dari keterbatasan infrastruktur pengangkutan sampah, perilaku masyarakat yang belum terbiasa memilah, hingga ancaman perubahan iklim ekstrem. Tapi semangat itu tidak surut. Justru dari tantangan inilah, lahir inovasi dan keberanian untuk bertransformasi menuju masa depan yang lebih hijau.
Edukasi hingga Inovasi Energi
Salah satu langkah paling menonjol dari DLH Tabalong adalah pengolahan sampah menjadi bahan bakar padat (BBJP) — program visioner yang mengubah masalah menjadi peluang. Di tengah peningkatan timbulan sampah harian, DLH memilih pendekatan kreatif: bukan hanya mengangkut, tapi juga mengolah. Bersama pihak swasta dan masyarakat, mereka menyiapkan sistem pengumpulan, pemilahan, dan pengolahan sampah agar bisa menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
Tak berhenti di situ, DLH juga menggerakkan Program Kampung Iklim — sebuah inisiatif yang menyatukan aksi lokal dalam menghadapi perubahan iklim global. Lewat program ini, masyarakat didorong menanam pohon, mengelola limbah rumah tangga, memanen air hujan, hingga memanfaatkan lahan pekarangan. Sederhana memang, tapi dampaknya luar biasa: masyarakat bukan sekadar penerima manfaat, melainkan pelaku utama perubahan.
Untuk memperkuat kesadaran sejak dini, DLH Tabalong menggelar edukasi lingkungan di sekolah-sekolah, pelatihan daur ulang plastik, dan lomba kebersihan antar-desa. Setiap kegiatan dirancang agar masyarakat memahami satu hal penting: menjaga lingkungan bukan tugas pemerintah semata, tapi tanggung jawab bersama. Di setiap kampung, kini mulai muncul komunitas kecil yang mengelola bank sampah, taman hijau, hingga produk kreatif dari limbah.
Kolaborasi menjadi kunci dari semua program ini. DLH tidak berjalan sendiri. Pemerintah daerah, perusahaan, sekolah, dan kelompok masyarakat dilibatkan aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan. “Kami ingin menjadikan gerakan lingkungan sebagai gaya hidup, bukan proyek sesaat,” ujar salah satu pejabat DLH Tabalong dalam sebuah wawancara. Semangat ini kini mulai terasa — Tabalong bergerak bukan karena kewajiban, tapi karena kesadaran.
Cara Ubah Sampah Jadi BBM
Salah satu inovasi paling menarik yang sedang dikembangkan adalah teknologi pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM). Gagasan ini lahir dari kebutuhan praktis: mengurangi tumpukan plastik yang sulit terurai sekaligus menciptakan sumber energi alternatif di tingkat lokal. Prosesnya sederhana tapi revolusioner — melalui reaksi pirolisis, sampah plastik diubah menjadi minyak dengan komposisi 60% solar, 25% minyak tanah, dan 15% bensin.
DLH Tabalong memandang teknologi ini sebagai solusi dua arah: menyelesaikan masalah lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi baru. Jika diuji dan diterapkan dengan baik, bukan tidak mungkin Tabalong menjadi kabupaten pertama di Kalimantan Selatan yang berhasil mengubah limbah menjadi energi bernilai tinggi. Namun, kuncinya ada pada satu hal — disiplin dalam pemilahan sampah. Plastik harus bersih, kering, dan terpisah dari bahan organik agar proses konversi berjalan optimal.
Meski masih dalam tahap pengembangan, optimisme mulai tumbuh. Warga yang semula menganggap sampah sebagai beban, kini mulai melihatnya sebagai sumber daya. Beberapa kelompok masyarakat bahkan mulai mengumpulkan plastik untuk dijual ke pusat daur ulang, menciptakan rantai ekonomi sirkular yang hidup dari bawah. Inilah wajah baru Tabalong — daerah yang belajar menambang nilai dari sesuatu yang dulu dianggap tak berguna.
Namun, keberhasilan program seperti ini tak hanya bergantung pada teknologi, tapi juga komitmen jangka panjang. Diperlukan investasi berkelanjutan, riset lokal, serta dukungan kebijakan daerah agar inovasi ini tak berhenti di tahap uji coba. Bila berjalan konsisten, “BBM dari sampah” bisa menjadi tonggak sejarah — simbol bahwa Tabalong bukan hanya penonton perubahan, tapi pelopor transformasi hijau di tanah Kalimantan.
Tabalong Lebih Hijau
Tantangan lingkungan selalu datang dengan dua wajah: masalah dan peluang. DLH Tabalong memilih memandangnya dari sisi kedua. Dengan segala keterbatasan, mereka terus menata langkah — membangun sistem yang lebih kuat, memperluas jangkauan edukasi, dan memperkuat kolaborasi lintas sektor. Dari kota hingga desa, kesadaran mulai tumbuh bahwa masa depan Tabalong bergantung pada bagaimana hari ini kita memperlakukan alam.
Di sisi lain, peran masyarakat menjadi faktor penentu. Tak ada teknologi yang akan berhasil tanpa partisipasi publik. Karena itu, DLH berfokus menumbuhkan rasa kepemilikan — bahwa sampah, udara, air, dan tanah adalah tanggung jawab bersama. Melalui edukasi berkelanjutan, lomba lingkungan, hingga program penghargaan bagi desa ramah lingkungan, DLH membangun kebanggaan baru: menjadi bagian dari gerakan hijau Tabalong.
Peluang masa depan terbentang luas. Dunia kini tengah beralih ke arah energi bersih dan ekonomi sirkular. Jika Tabalong berhasil mengoptimalkan potensi ini, daerah ini bisa menjadi contoh nyata bahwa pembangunan berkelanjutan bukan sekadar teori, melainkan realitas yang bisa dicapai. Sebuah langkah kecil di tepi Kalimantan bisa menjadi inspirasi besar bagi Indonesia.
Pada akhirnya, kisah DLH Tabalong bukan sekadar cerita tentang sampah atau energi — ini adalah kisah tentang keberanian untuk berubah. Tentang pemerintah daerah yang memilih jalan panjang menjaga alam di tengah godaan industrialisasi cepat. Tentang warga yang menanam, memilah, dan mengolah dengan kesadaran bahwa bumi adalah warisan yang harus dijaga. Dan mungkin, di situlah arti sejati dari pembangunan: bukan seberapa cepat kita maju, tapi seberapa bijak kita melangkah tanpa meninggalkan jejak yang merusak bumi.