Tantangan Hijau DLH Kota Depok: Dari Sampah ke Energi, dari Edukasi ke Aksi Nyata

Tantangan Hijau DLH Kota Depok: Dari Sampah ke Energi, dari Edukasi ke Aksi Nyata


Kita semua tahu, menjaga lingkungan bukan cuma soal menanam pohon atau buang sampah di tempatnya. Di kota yang terus berkembang seperti Depok, urusan lingkungan jadi cerita panjang yang melibatkan banyak pihak, mulai dari masyarakat, pelaku usaha, hingga pemerintah daerah. Nah di balik berbagai inisiatif hijau di kota ini, ada satu instansi yang jadi motor penggeraknya yakni Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Depok.

Tapi sebelum bicara lebih jauh soal program-program mereka, ada baiknya kita lihat dulu kenapa urusan lingkungan di kota seperti Depok itu begitu penting.

Padatnya Kota, Alam Butuh Ruang

Depok bukan lagi kota kecil di pinggiran Jakarta. Aktivitas penduduk yang padat, mobilitas tinggi, dan pertumbuhan ekonomi pesat membuat tekanan terhadap lingkungan makin terasa. Dari masalah sampah rumah tangga, pencemaran sungai, hingga perubahan iklim semuanya saling berkaitan.

Di sinilah peran DLH muncul bukan sekadar sebagai lembaga administratif, tapi sebagai penggerak perubahan. Berdiri berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016, DLH ditugaskan membantu Wali Kota menjalankan kebijakan di bidang lingkungan hidup. Bahasa resminya mungkin terdengar birokratis, tapi intinya: mereka yang memastikan kota ini tetap punya udara bersih untuk dihirup, air yang layak dikonsumsi, dan ruang hijau yang hidup.

Dari Sampah Jadi Energi

Salah satu gebrakan menarik dari DLH Kota Depok adalah program pengelolaan sampah menjadi Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP). Bekerja sama dengan PT PLN, program ini mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif yang bisa digunakan untuk pembangkit listrik.

Selain membantu mengurangi tumpukan sampah di TPA, inovasi ini juga membuka jalan menuju kemandirian energi berbasis lingkungan.

Bayangkan, sesuatu yang dulunya dianggap tidak berguna (bahkan mengganggu) kini bisa jadi sumber energi baru. Inilah contoh nyata bagaimana inovasi lingkungan bisa berawal dari hal yang sederhana: kemauan untuk melihat sampah bukan sebagai masalah, tapi sebagai peluang.

Kesadaran Itu Menular

DLH Depok juga rajin turun ke masyarakat lewat Program Kampung Iklim, kegiatan edukasi pengolahan sampah plastik, dan pelatihan lingkungan hidup di berbagai wilayah.

Tujuannya bukan hanya memberi tahu, tapi mengajak masyarakat ikut terlibat. Dari kegiatan menanam pohon, memilah sampah, sampai sosialisasi daur ulang semua dilakukan agar masyarakat paham bahwa menjaga lingkungan bukan tugas pemerintah semata.

Karena pada akhirnya, perubahan besar selalu dimulai dari tindakan kecil. Saat satu kampung mulai disiplin memilah sampah, saat satu sekolah mengajarkan daur ulang, maka efek domino itu akan terasa di seluruh kota.

Kolaborasi Jadi Kunci

Yang menarik, DLH tidak bekerja sendirian. Dalam menghadapi tantangan besar seperti perubahan iklim dan peningkatan volume sampah, mereka aktif menggandeng berbagai pihak: komunitas warga, pelaku usaha, hingga sektor swasta.
Kolaborasi ini melahirkan berbagai kegiatan seperti penanaman pohon massal, pembersihan sungai, dan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Langkah-langkah kecil ini mungkin tidak langsung mengubah dunia, tapi jelas membawa Depok selangkah lebih dekat pada cita-cita besarnya: menjadi kota yang sejahtera, berakhlaqul karimah, dan berdaya saing. Tidak hanya secara ekonomi, tapi juga secara ekologis.

DLH Kota Depok menunjukkan bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar wacana, tapi kerja nyata yang membutuhkan konsistensi, inovasi, dan gotong royong. Dari kebijakan teknis hingga aksi di lapangan, semua diarahkan untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.

Jadi, ketika kita melihat taman kota yang rimbun atau sungai yang lebih bersih, ingatlah: di baliknya ada kerja panjang, ada edukasi, dan ada semangat untuk menjadikan Depok rumah yang layak bagi generasi mendatang.

Baca Juga